09/10/2013

Resume Buku Sejarah Lokal I GDE WIDJA



RESUME BUKU I GDE WIDJA


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Sejarah Lokal
Dosen Pengampu : Pak Suharso



Oleh :
Nama        : Prasetyo Dhoni (3101410073)       
Nim           : 3101410072




JURUSAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2012


----------------------------------------------------------------------------------------------------


BAGIAN PERTAMA
SEJARAH LOKAL DAN BEBERAPA ASPEKNYA

Bagian pertama buku ini akan menguraikan ide-ide dasar dari sejarah lokal sebagai salah satu bidang studi sejarah. Menuntut calon guru sejarah untuk mengerti dan mengembangkan sejarah lokal. Sejarah lokal merupakan sebuah disiplin ilmu, yang harrus menunjau aspek-aspek metedologinya. Di lihat dari sifat pendekatan objek dan wujud penggambaan peristiwanya, sejarah lokal juga bersifat tidak seragam. Dalam kenyataannya sejarah lokal bervariasi dari yang bersifat tradisoinal dan bersifat akademik, akan tetapi tergantung dari tujuan, dan latar belaknang dari penulisan sejarah lokal itu sendiri.
Secara umum sejarah lokal mempunyai dua aspek kesejarahan yaitu, bersisfat ‘lisan dan tulisan’. Akan tetapi di Indonesia sendiri studi sejarah lokal tidak bisa lepas dari seumber-seumber sejarah yang berasal dari lisan. Kenyataan ini sempat untuk menulis dan hanya mengingat-ingatnya saja. Ini lah yang menimbulkan bidang studi ‘sejarah lisan’ (oral story), sejarah kisan ini sangat terkait dengan studi sejarah lokal karena banyak objek sejarah lisan terutam peristiwa-peristiwa di suatu lingkunga terbatas atau lokal tertentu.
Perhatian sejarah pada bagian pertama buku ini addalah, bahwa sejarah sudah dapat terdeferensiasi.  Hal-hal yang di gambarkan dalam garis besar akan di bahas dalam bab-bab berikut ini.


----------------------------------------------------------------------------------------------------


Bab I
Pendahuluan
Se­­­­jarah lokal dapat diartikan sebagai sejarah tentang daerah tertentu, di dalam sejarah lokal sering kita kenal dengan sebutan babad, riwayat, hikayat dan lain sebagainya yang berisikan tentang asal usul daerah tertentu. Kebanyakan penulisan sejarah lokal, sekedar menuliskan untuk memberikan informasi tentang asal – usul daerahnya, yang terkadang prinsip penulisan dengan menggunakan sumber yang sesuai sering diabaikan.
            Tradisi penulisan sejarah dengan tekanan pada daerah-daerah tertentu masih berlanjut sampai sekarang. Tradisi penulisan tersebut disebut dengan nama karya sejarah ”amatiran” oleh kalangan sejarahwan profesional dianggap kurang bermutu dilihat dari disiplin ilmu sejarah. Namun peranan para amaturis ini sangat besar sekali. Didunia baratpun peranan amaturis dalam penulisan sejarah Lokal ini sangatlah besar. Seperti dikatakan oleh P.D. Jordan : “ Berpuluh-puluh tahun karya-karya sejarah lokal dihasilkan oleh para amaturis, para antikuarian serta para sejarahwan hasil belajar sendiri yang dengan serampangan mencampuradukan antara fakta dan fiksi dan fabel dengan cerita bikinan-pen “. Dari pernyataan tersebut diibaratpun pihat amaturis ini pun dikritik namun karya-karya mereka bukan tidak diperhatikan bahkan diusahakan untuk ditingkatkan. Ini berarti karya-karya para amaturis ini tidak perlu dipermasahlan dan dipandang merusak penulisan sejarah.
                      Para amaturis telah memberikan sumbangsih kepada kita karena karya –karya mereka dibuat tidak monoton, mereka banyak mengangkat unsur kedaerahan bahkan sampai kepada unsur kedaerahan yang kuno. Di Amerika ada yang namanya” local historical society” sebuah kelompok pecinta sejarah lokal, mereka tersebar luas di berbagai daerah di Ameriak Serikat. Namun disini para sejarawan profesional perlu mengadakan bimbingan terhadap para amaturis ini seperti dikatakan oleh Klark “suatu situasi intelektual yang tidak menguntungkan sekarang ini adalah diberikannya kesempatan bagi meluasnya suatu jurang pemisah antara apa yang disebut dengan kolompok sejarawan Profesional dan yang amatir. Ini mestinya tidak terjadi, meskipun mereka berbeda dalam latar belakang pendidikan ataupun minat kerja yang menyangkut masalah search serta interpetasinya”.
            Lebih lanjutnya mengapa hal seperti diatas tidak perlu terjadi karena pada dasarnya sejarah itu berawal dari sejarah lokal yang disini para amaturis sangatlah berperan.

1.1 Batasan Pengertian serta Ruang Lingkup Sejarah Lokal
Sejarah lokal bisa dikatakan sebagai suatu bentuk penulisan sejarah dalam lingkup yang terbatas yang meliputi suatu lokalitas tertentu. Keterbatasan lingkup itu biasanya dikaitkan dengan unsur wilayah ( unsur spatial ). Di indonesia sejarah lokal bisa disebut pula sebagai sejarah daerah. namun tidak jarang yang mengklaim bahwa sejarah lokal sama dengan sejarah daerah. Taufik Abdullah misalnya dia tidak setuju lokal disamakan dengan daerah. karena daerah indentik dengan politik. Dan bisa mengabaikai etnis kultural yang sebenarnya, lebih mencerminkan unit lokalitas sebagai suatu perkembangan sejarah.banyak sekali persamaan sejarah Lokal itu. Jordan menggariskan ruang lingkup sejarah Lokal yaitu keseluruhan lingkungan sekitar yang bisa berupa kesatuan wilayah seperti desa, kecamatan, kabupaten, kota kecil dan lain-lain. Pengertian lain yang diangkat sebagai definisi Sejarah lokal dalam buku ini yaitu studi tentang kehidupan masyarakat atau khususnya komunitas dari suatu lingkungan sekitar (neighborhood) tertentu dalam dinamika perkembangan dalam berbagai aspek kehidupan.
1.2 Arti Penting Kajian Sejarah Lokal.
Berbicara arti penting dari sejarah lokal pastilah kaitannya dengan suatu hubungan atau peran serta dari sejarah Lokal terhadap keberlangsungan Sejarah nasional. Antara sejarah lokal dan Nasional sangatlah berhubungan. Dengan melakukan penelitian tentang sejarah lokal, kita tidak hanya memperkaya pembendaharaan sejarah Nasional, tapi lebih penting lagi memperdalam pengetahuan kita tentang dinamika sosiokultural dari masyarakat Indonesia yang majemuk ini secara lebih intim. Dengan begini kita makin menyadari pula bahwa ada berbagai corak penghadapan manusia dengan lingkungannya dan dengan sejarahnya. Selanjutnya pengenalan yang memperdalam pula kesadaran sejarah Kita. Yaitu kita diberi kemungkinan untuk mendapatkan makna dari berbagai peristiwa sejarah yang dilalui (Buku petunjuk Seminar Sejarah Lokal 1982 : 1-2).
Lapian mengemukakan beberapa arti penting dari sejarah Lokal ini diantaranya :
a)       Pengembangan sejarah yang bersifat nasional seperti sekarang ini, sering kurang memberi makna bagi orang-orang tertentu terutama yang menyangkut sejarah daerahnya sendiri. Banyak sejarah nasional tidak menggali lebih mendalam tentang suatu kajiannya, biasanya bersifat umum saja. Oleh karenanya sejarah daerah kita sendiri terkadang luput dari pengetahuan kita. Selain itu juga sejarah lokal juga bisa diguankan untuk mengoreksi generalisasi-generalisasi dari Sejarah nasional.
b)      Sejarah lokal dibuat sengaja, dibuat untuk orang-orang dari zaman kemudian dari hidup pembuatnya.
Sebagai sorotan berikutnya dari Sejarah lokal yaitu lingkungan studi Sejarah sebagai kritik sejarah. Kritik sejarah ini biasa dibedakan menjadi dua yaitu Kritik ekstern dan kritik Intern. Mengenai kritik intern, secara teoritis langkah ini baru baru dilaksanakan sesudah kritik Ekstern selesai menentukan bahwa dokumen yang kita hadapai memang dokumen yang kita cari, yang bukan saja berarti relevan dengan topik yang sedang disusun, tapi lebih penting lagi bahwa sumber-sumber itu adalah sumber yang autentik. Dari sana kita bisa melihat bahwa dengan kritik sejarah jejak-jejak sejarah itu kemudian dapat diwujudkan sebagai fakta sejarah, yaitu sesudah jejak-jejak itu lolos dari pengujian kritis. Dengan demikin fakta Sejarah itu sebenarnya adalah keterangan atau kesimpulan yang kita peroleh dari jejak-jejak sejarah setelah disaring atau diuji kebenarannya melalui kritik sejarah.



----------------------------------------------------------------------------------------------------

Bab II
Hubungan Sejarah Lokal Dan Sejarah Nasional

1.      Dimensi makro dan mikro dalam sejarah.
Sejarahwan perlu menentukan pembatasan-pembatasan yang akan memungkinkan  mereka membatasi ruang lingkup kegiatannya. Pembatasan ini antara lain bertolak dari tingkat signifikansi dari prisitiwa dalam konteks tertentu. Dengan dasar ini sejarahwan misalnya membedakan antara yang disebut “kejadian biasa” dan “kejadian istimewa”, atau antara “kejadian non-historis” dan “kejadian hitoris”.
Salah satu cara yang bisa di jadikan dasar kategori pristiwa sejarah, melihat pristiwa dalam rangka yang di sebut sebagai “unit sejarah”. Dalam kategorisasi pristiwa seajrah seperti ini ialah adanya kerangka yang mewujudkan kesatuan yang di dalamnya mengandung pola-pola dari fakta yang berada dalam satu kerangka tersebut. Juga terkandung di dalamnya aspek kesatuan temporal serta kesatuan spatsial dari rangkaian peristiwanya.
Dalam hubungan unti historis menyangkut periodisasi yang di dasarkan keriteria tertentu, keriteria umumnya bersifat relatif (tergantung pada dimensi historis yang di pegang oleh sejjarahwan). Kereelatifan bersumber pada keriteria kotinuitas dan diskotinuitas suatu perkembangan sejarah.
Yang relatif lebih statis adalah kategori sosio-kultural. Lingkup historis yang bersifat meluas di sebut dimensi makro, sedangkan lingkup yang sempit dan terbatas di sebut dimensi mikro. Melihat peristiwa sejarah dalam kesatuan makro seperti ini di anggap menjadikan kesatuan lingkungan sejarah sebagai kesatuan studi yang leih bermakna dan utuh.
Sebaliknya adalah, kelompok sejarahwan praktis yang biasa melakukan kegiatan di lapangan, tanpa terikat dengan metode spekulatif, dan yang biasa berhadapan langsung dengan sumber sejarah yang tidak tersusun, lebih meihat kesatuan lapangan studi sejarah yang dapat di pahami (intelligible) iut berada pada lingkungan sejarah mikro. Lingkungan sejarah mikro ini mempunyai dinamika sejarah, yaitu padda realits-realitas yang bersifat khusus (unik). Pikiran seperti di atas di tegskan oleh Taufik Abdullah sebagai “ betapapun tingginya tentang ke uneiversalan umat manusia, perhatian pada hal-hal yang partikultural, khusus, akan lebih memperjelas sasaran ilmu sejarah, pergumulan manusia dengan realitsnya”. Dengan pikiran terrsebut kelihatan studi sejarah mikro mempunyai dasar-dasar yang kuat untuk di kembangkansebagai studisejarah yang otonom.

2.      Kedudukan sejarah lokal dalam sejarah nasional.
Masalah ini bisa di tinjau dari pernyataan jordan bahwa salah satu karteristik dari sejarah lokal modern ialah, ( sejarah lokal semakin kurang terlokalisasikan. Sejarah lokal bersifat melebar menuju ke arah perbandingan-perbandingan yang meluas, demikian pula dasar-dasar acuannya. Bidang perhtiannya semakin mengarah ke lingkup regional dan antar regional). Ini berarti sejarah lokal pada dasarnya bukanlah studi sejarah yang terisolasi.
Tentu saja pernyataan Jordan di atas perlu di jelaskan lebih jauh, karena kalau tidak seperti mengingkari apa yang telah di simpulkan lebih dahulu, yaitu yang menyangkut eksistensi sejarah lokal di samping sejarah nasional. Dengan demikian yang kecil aka kurang bisa dimengerti tanpa memperhatikan keseluruhan yang besar, dan juga sebaliknya. Pikiran yang di kemukakan oleh Jordan ini dicoba T. Ibrahim Alfian dalam konteks masyarakat Indonesia. Dan dia mengambil kasusdari situasi Aceh seitar 1883-1884, pada saat itu di pesisir Aceh ada kapal inggris yang terdampa, dan semua isi kapal itu di sita oleh penguasa setempat. Ini kemudian menimbulkan ketegangan di antara kedua belah pihak.
Apa yang aka di kemukakan oleh Alfian dengan kasus Aceh ini dapat di simpulkan sebagai berikut :
Pertulisan suatu lokaliti, baik besar maupun kecil, tidak dapat di pisahkan dari faktor luar yang mempengaruhinya, dengan perkataan lain dapat di lihat bahwa baik ’aspek nasional’ maupun ‘internasional’ tercermin dalam dinamika lokal.
Persiriwa sejarah lokal, sebenarnya dapat di mengerti dengan baik apabila di hubungkan dengan dimensi sejarah nasional, sebagai contoh di bawa oleh proses westernisasi. Di lain pihak perkembangan sejarah di tingkat nasional lebih tampak realitasnya di tingkat lokal. Keriteria sejarah nasional dengan sejarah lokal tentu bukan harus di artikan bahwa sejarah nasional itu semata-mata gabungan dari sejarah tingkat lokal. Masing-masing lokalitas memiliki realitas kesejarahannya sendiri yang hanya di mengerti dalam rangka lokalitas itu.
Menurut F.A. Soetjipto, tingkat keterkaitan sejarah lokal delam hubungan sejarah lokal juga berbeda-beda.
Secara lebih umum mungkin hal ini bisa di rumuskan bahwa sejarah nasional tekanan terutama pada gambaran yang lebih luas dan menyeluruh dari suatu lingkungan bangsa dengan tidak memperhatikan detail-detail peristiwa lokal kecuali memang di perlukan untuk mendukung gambaran dalam rangkaian sejarah nasional). Sedangkan dalam sejarah lokal yang dapat perhatian utama justru peristiwa-peristiwa di linkungan sekitar suatu lokalitas sebagai suatu kebetulan, dan menempatkan sejarah nasional sebagai latar belakang dari peristiwa-peristiwa khusus di lokalitas tersebut.


----------------------------------------------------------------------------------------------------


BAB III
Tipe-Tipe Sejarah lokal

Untuk mewujudkan tipologi sejarah lokal ini, tentu saja yang menjadi masalah adalah kriteria yang kita gunakan sebagai dasar pengelompokannya. Sebelum menjelaskan berbagai corak sejarah lokal, barangkali ada baiknya di jelaskan lebih dahulu apa kepentingan kita membuat ksifikasi atau pengelompokan dari tipe-tipe sejarah lokal itu.
Untuk itu pertama-tama harus kita sadari bahwa usaha untuk membuat tipologi sejarah lokal tidak perlu berarti menarik gari tegas di antara berbagai kelompok yang terlibat dalam penulisan sejarah lokal tersebut. Dengan demikian usaha untuk mengembangkan pengertian tipologi sejarah lokal adalah dengan, menumbuhkan saling pengertian di berbagai pihak yang terlibat dalam bidang sejarah lokal ini.
Penyusunan tipologi sejarah yang telah di sebutkan di atas di dasarkan pada tujuan penulisan yang berkaitan dengan latar belakang pendidikan penulis.  Penyusunan di Indonesia sendiri di bedakan menjadi 5 jenis penulisan sejarah lokal :
1.      Sejarah lokal tradisional;
2.      Sejarah lokal diletantis;
3.      Sejarah lokal edukatif inspiratif;
4.      Sejarah lokal kolonial;
5.      Dan sejarah lokal kritis analitis.

1.      Sejarah lokal tradisional.
Sejarah lokal tradisional adalah hasil penyusunan sejarah dari berbagai kelompok etnik dari seluruh Indonesia yang sudah bersifat tertulis. Sejarah lokal tradisional boleh di katakan merupakan tipe sejarah lokal yang baru pertama kali muncul di Indonesia. Sifat uraian kitab-kitab tradisional di Indonesia bisa di bandingkan dengan kitb modern karena yang di pentingkan adalah tujuan untuk mengabdikan pengalaman kelompok masyarakat tersebut sesuai dengan alam pikiran masyarakat tersebut.
Penyusun sejarah lokal tradisional ini diduga adalah tokoh-tokoh intektual tradisional yang tidak bisa dibangdingkan dengan sejarahwan profesional, karena latar belakang pendidikan yang khusus. Di lain pihak bagi sejarahwan lokal modern sejarah lokal tradisional mempunyai nilai tersendiri bagi sumber sejarah.

2.      Sejarh lokal diletantis.
Kateristik yang menonjol dari tipe sejarah ini adalah tujuan penyusunan umumnya terutam untuk memenuhi rasa estetis individual melalui lukisan peristiwa masa lampau, maka sejarah lokal dilentatis ini lebih bersifat memenuhi tuntutan ke ingintahuan pribadi. Kalangan yang mengembangkan diri sebagai sejarahwan dikentatis adalah mereka yang terdidik baik tradisional maupun modern di lingkungan masyarakatnya, karena itu mempunyai pandangan yang luas dan mampu membaca sumber-sumber sejarah terutama berupa dokumen, dan melukiskan lukisan sejarah dengan baik. Hanya saja mereka ini umumnya tidak dapat pendidikan khusus kesejarahan.
Akan tetapi gambaran sejarah lokal yang di hasilkan biasanya bersifat naratif kronologis dengan sedikit bumbu emosional yang mencerminkan patriotisme lokal. Di Amerika tipe ini sangat berkembang, akan tetapi sangat di sayangkan di Indonesia tipe ini sangat jarang sehingga para sejarahwan dilentatis ini biasanya begerak secara pribadi. Dengan kata lain sejarahwan lokal dilentatis ini sedikit banyak berperan membantu sejarahwan profesional dalamusaha yang belakangan ini untuk membuat analisis lebih lanjut dari sejarah lokal yang sedang mereka susun.
3.      Sejarah lokal edukatif inspiratif.
Pengertian sebelumnya menyinggung sejarahwan lokal dilentatis bagi usaha menumbuhkan kesadaran sejarah di masyarakat lingkungannya. Tipe dilentatis sudah mencerminkan sedikit tipe sejarah lokal sdukatif inspiratif, akan tetapi kurang tepat diklasifikasikan sebagai sejarah lokal edukatif inspiratif.
Dengan demikian yang dimaksud sejarah lokal edukatif inspiratif adalah, jenis sejarah yang memang di susun dalam rangka mengembangkan kecintaan sejarah, terutama pada sejarah lingkungan.
 Penjelasan sejarah lokal di atas tercermin pada kata edukatif dan inspiratif, yang merupakan aspek penting mempelajari aspek sejarah. Yang dimaksud edukatif dari sejarah berarti menyadari makna sejarah sebagai gambaran peristiwa masa lampau yang penuh arti. Yang berarti nilai-nilai sejarah berupa ide maupun konsep-konsep kreatif sebagai sumber motivasi bagi pemecahan masalah masa kini dan merealisasikan masa depan (widja 1988:49).

4.      Sejarah lokal kolonial.
Sejarah lokal kolonial ini mempunyai kategori yang khas pada tipologi sejarh lokal. Kerateristik yang pertama adalah sebagian besar dari penyusunannya oleh para pejabat atau kolonial seperti Residen, Asusten Residen, Kontrolir, atau oleh pejabat pribumi tapi atas dorongan pejabat kolonial Belanda.
Kedua adalah sebagian besar tulisan ini berupa laporan dari pejabat-pejabat kolonial di daerah-daerah, laporan itu bisa berupa memori serah jabatan, atau laporan khusus kepada pemerintah pusat tentang perkembangan yang terjadi.
Sejarah lokal jenis ini memang merupakan hasil studi yang dalam dan bersifat akademis. Dan bersifat sebagau arsip laporan. Dan tulisannya banyak yang sangat menarik. Pada umumnya adda usaha untuk mengemukakan data yang cermat, meskipun dengan sendirinya ada unsur subyektif atas dasar kepentingan kolonial yang mendaasari brbagai macam tulisan itu. Terlepas adanya unsur subyektif semacam itu, secara khusus bisa di kemukakan beberapa unsur uraian yang cukup berbobot.

5.      Sejarah lokal kritis analitis.
Sifat uraian tipe ini telah menggunakan pendekatan metodologis sejarah yang bersifat ketat. Mulai dari pemilihan objek sejarah sampai konsep dan susunan penulisan laporan. Yang mudah dikenali ialah bahwa pelaksanaan penelitian ini umumnya di tangani oleh sejarahwan profesional. Profesional disini buka saja di liahat dari latar belakang pendidikan, tetapi juga dari keterampilan di lapangannya.
Taufik Abdullah membedakan empat corak pennulisan pada tipe ini karena, di lihat dari fokus serta metodologinya.
·         Corak yang pertama di sebut sebagai, “studi yang di fokuskan pada suatu peristiwa tertentu ( studi peristiwa khusus atau disebut ‘evenemental l’evenemental’), seperti contoh tentang pemberontakan petani di Banten, karya Sartoono Kartodirdjo,
·         Corak ke-dua dari tipe ini adalah, “studi yang lebih menekankan pada sturktur” sebagai contoh suatu  kota kecil di jawa Timur karya Clifford Geertz.
·         Corak ketiga adalah “studi yang mengambil perkembangan tertentu dalam kurun waktu tertentu (studi tematis) dari masa ke masa”. di sini ditekankan pada pembahasan suatu aspek dan prroses sosial tertentu yang kemudian dicarikan penjelasan dan kaitannya pada sturktur yang lebih luas yang di anggap sebagai pangkal bagi aspek serta proses sosial yang teliti. Seperti contoh : studi Mitzue Nakamura tentang sejarah sosial kota Gede di Yogyakarta.
·         Dan corak ke-empat tipologi dari Abdullah adalah, “studi sejarah umum, yang menguraikan perkembangan daerah tertentu ( provinsi, kota, kabupaten) dari masa ke masa”. sifat populer dari sejarah lokal jenis ini ialah ditunjukan dengan corak urian yang kronoligis. Maka studi sejarah lokal jenis ini memang lebih cocok di masukan dalam kategori edukatif inspratif.

Demikianlah beberapa tipe sajrah lokal yang berkembang di Indonesia. Dan harus di sadari, dari semua jenis tipologi di buku ini hanyalah sekedar usaha untuk membrikan gambaran kategori umum dari seluruh kegiatan sejarah lokal di Indonesia. Hal lain yang harus di sadari pula dalam hubungan dengan tipologi yang di kemukakan tersebut tidak ada maksud untuk perumusan klasifikasi untuk menyatakan bahwa lima tipe sejarah lokal itu menggambarkan sepenuhnya tahap-tahap perkembangan sejarah lokal di Indonesia.
Maka tujuan utama dari usaha membuat tipologi sejarah lokal ialah untuk menunjukan posisi dari pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan sejarah lokal.




----------------------------------------------------------------------------------------------------


BAB IV
SEJARAH LOKAL DAN TRADISI LISAN
Tradisi lisan yang meliputi dongeng, legenda dan mitos ini merupakan suatu kepentingan untuk menjelaskan atau memahami lingkungan sekitar, dan sekaligus sebagai usaha untuk memberi pegangan pada masyarakat terutama pada generasi berikutnya. Kemudian tradisi lisan ini dibagi menjadi beberapa katakteristik seperti:
1.      Cerita Sejarah sebagai Bagian Kebudayaan Suatu Masyarakat
Tradisi penyusunan sejarah tidak bisa dilepaskan dari budaya suatu masyarakat. Menurut Sartono Kartodirjo, penulisan sejarah sebagai salah satu bentuk perwujudan kebudayaan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kultur karena itu senantiasanhidup dan bergerak. Sebagai suatu aspek budaya untuk menjelaskan atau memahami lingkungan sekitar itu adalah sekaligus sebagai usaha untuk memberi pegangan pada masyarakat terutama generasi berikutnya, maka disini tradsi lisan berfungsi sebagai alat “ mnemonik”, yaitu usaha untuk merekam, menyususn dan menyimpan pengetahuan demi pegajaran dan pewarisnya dari satu generasi ke genarasi berikutnya.
2.      Tradisi Lisan dan Beberapa Aspeknya.
Tradisi lisan (oral traditian), yaitu berkaitan dengan usaha mengabadikan pengalaman-pengalaman kelompok di masa lampau melalui ceritera yang diteruskan secara turn temurun dari generasi kegenerasi. Unsur yang terpenting dalam sejarah lisan, menurut Vansina adalah pesan-pesan verbal yang berupa pernyataan-pernyataan yang pernah dibuat di masa lampau oleh generasi yang hidup sebelum gnerasi yang sekarang ini. Hubungan tradisi lisan adalah:
1.      Menyangkut pesen-pesan yang berupa pernyataan-pernyataan lisan yang di ucapkan, dinyanyikan atau disampaikan lewat musik.
2.      Taridisi lisan berasal dari generasi sbelum generasi sekarang, palinh sedikit generasi sebelumnya.
3.      Peranan Tradisi Lisan dalam Penulisan Sejarah Lokal.
Menghubungkan tradisi lisan dengan sejarah mempunyai ketrbatasan-keterbatasan, yang antara lain bersifat anakronisme dari urutan peristiwa, yaitu tidak diperhatiakan urutan-urutan waktu terjadi peristiwa secara benar. Waktu hahekatnya hanya untuk menunjukan pergseran atau peralihan dari satu posisi ke posisi yang lain dalam rangka klasifikasi kosmis. Maka dari itu konsep waktu yang mereka miliki umumnya yang bersifat siklus.
Yang menjadi masalah dalam tradisi lisan ialah penerapan konsep kualitas dalam uraian ceriteranya. Beberapa hal positif yang dimiliki tradisi lisan sebagai sumber sejarah. bahwa tradisi lisan sebenarnya memuat informasi yang sangat luas tentang kehidupan suatu komonits dengan berbagai aspeknya.
Dibandingkan dengan ttadisi lisan, sumber sejarah tertulis tadisional ini memang lebih menguntungkan bagi sejarahwan lokal yang menggunakannya, karena uraiannya dalam bentuk tulisan ,jadi langsung bisa dibaca naskahnya.
  

----------------------------------------------------------------------------------------------------



Bab V
Sejarah Lokal dan Hitoriografi Tradisional

Seperti halnya tradisi lisan ,tradisi tulis dalam sejarah juga sebagai sumber utama dari banyak studi sejsrah lokal, namun tradisi tulis ini umumnya berbentuk karya sastra (prosa mauon puisi), dan dalam bahasa daerah di Indonesia. Di kalangan sejarahwan ini di klasifikasikan sebagai suatu bentuk historiografi yang bersifat tradisional dengan ciri-ciri yang khas.
Dari beberapa studi para ahli mengatakan, bahwa sangat banyak karya sastra di bangsa ini, akan tetapi kebanyakan tersimpan di negara lain. Dari naskah-naskah Melayu saja (belum termasuk dalam bahasa daerah yang lain), ada tersimpan di 26 negara, seperti Afrka Selatan, Amerika Serikat, Austria, Inggris, Irlandia, Italia, Jerman Barat, Jerman timur, Malaysia, Mesir, Norwegia, Polandia, Perancis, Rusia, Singapore, Spanyol, SriLangka, Swedia, Swis, dan Thailand.
Karatersitik dari historiografi tradisional sebagai sumber sejarah :
1.      Beberapa karateristik historiografi tradisional.
Pikiran bahwa sumber sejarah yang berupa tradisi sejarah tradisional sult atau bahkan tidak mungkin di gunakan dalam penyusunan sejarah modern. Karena adanya dua perbedaan, misalnya sejarah modern berupa fakta (factual), sedangkan sumber sejarah tradisional cenderung mengabaikan unsur-unsur fakta karena pengaruh sistem kepercayaan dan pola pikir masyarakat.
Sebagai konsekuesinya bisa terjadi dikembangkannya cara-cara penafsiran sejarah yang berat sebelah dengan kesimpulan-kesimpulan yang ekstrim. Memang harus diakui bahwa masyarakat tradisional mempunyai cara-cara khusus dalam memandang peristiwa khusus di lingkungannya sesuai dengan sosio-budaya jamannya.
Menurut C.C Berg, karya sejarah tradisional mempunyai beberapa ciri-ciri yaitu :
a.       Adanya kepercayaan kekuatan sakti, yang menjadi pangkal dari berbagai persitiwa alam, termasuk yang menyangkut kehidupan manusia.
b.      Adanya kepercayaan akan klasifikasi magis yang memepengaruhi keadaan alam ini, baik itu makhluk hidup maupun benda-benda mati.
c.       Tercermin pada karya-karya trdisional, seperti kepercayaan tentang [ebuatan magis atau sihir yang di lakukan oleh tokoh-tokoh tertentu.

2.      Peranan hitoriografi tradisional dalam penyusunan sejarah lokal.
Permasalahan seberapa jauh karya tulis tradisonal itu emngandng sumber sejarah, sudah lama menjadi perdebatan di kalangan para ahli yang mengadakn studi tentang naskah-naskah semacam ini. Menurut H.A. Brandes, naskah ini cenderung di campur adukan dengan cerita fiksi di dalamnya. Dan Hoesein Djajaningrat menyimpulkan bahwa naskah-naskah seperti babad sebenarnya sedikit banyak menguraikan sejarah yang lalu mengalami proses penulisan kembali yang berdasarkan rumus-rumus tertentu (Ras 1987:345).
Ada beberapa sumber dari perdebatan ini :
Pertama, masalahnya terletak pada anggaran dasar, bahwa apa yang di bicarakan tentang sejarah harus berdasarkan fakta, dalam pengertian seperti yang di tunjukan oleh seumber yang berasal dari historiografi Barat yang di anggap modern dan rasional. Sedangka di Asia penulisan itu dilihat sebagai mite atau lagende.
Kedua, adanya kesalahpahaman di kalangan para ahli tentang metodologi sejarah kalau di kaitkan karya-karya tulis abad ini. Karena para ahli sastra beranggapan bahwa para ahli sejarah semestinya menggunakan dokumen yang memang di maksudkan untuk mencatat peristiwa masa lampau.
Ketiga, kekurang pahaman para ahli sastra terhadap sumber-sumber sejarah barat, serta metode kritik yang digunakan para sejarahwan. Atas dasar ini para ahli sastra sering mengambil kesimpulan, bahwa apabila berhadapan dengan sumber sejarah barat langsung bisa di gunakan sedangkan apabila berhadapan dengan sumber lokal harus melalui keritik yang sangat ketat.  (M.C. Ricklefs, dalam Alfian dkk. (ed.), 1987).
            Jadi pada dasarnya Ricklef beranggapan bahwa dokumen pribumi memerlukan analisis kritismyang sama saja dengan dokumen barat. Pendekatan ini pada hakekatnya sejalan dengan pandangan beberapa sarjana Indonesia.
            Dan dapat di simpulkan bahwa sifat dari uraian babad dan sikap yang sebaiknya di amil oleh para peneliti yang mau memanfaatkannya sbagai sumber sejarah. Karena ini menyangkut pengetahuan tentang latar belakang budaya serta bahasa yang di gunakan dalam babad.


Bab VI
Sejarah Lokal dan Beberapa Subdisiplin Sejarah
Penulisan sejarah di Indonesia, yang sebenarnya dimulai dari historiografi tradisional dengan semua ciri-cirinya yang khusus kini telah cukup berkembang, baik kuantitatif maupun kualitatif. Bukan saja masyarakat yang terlibat, akan tetapi banyak juga dari lemaba-lembaga yang terlibat untuk pengembangan studi sejarah, dan juga terlihat usaha meningkatkan kualitas sejarah tersebut ( Abdullah dan Soerjomiharjo 1985 : 45 ).
J.D. Legge mengemukakan dua kecenderungan utama yang mempengaruhi perkembangan tersebut :
Pertama, pertama di hubungkan dengan karateristik dari studi bangsa Barat dengan Asia terutama setelah perang dunia II (sesudah timbulnya kekuasaan-kekuasaan baru di daerah pasifik barat). Para sarjana yang terlibat pada umumnya terdiri dari berbagai ilmu sosial dengan mengembangkan konsep yang mereka memadai untuk studi mereka. Kebanyakan dari mereka menolak pengembangan klasik yang di lakukan para sarjana orientalis sebelumnya.
            Tokoh ahli sejarah yang menekankan pendekatan interdisipliner ini di anggap oleh Legge sebagai pelopor ke pendakatan baru yaitu, Harry J. Benda, W.F Werthim, J.H Romein, dan dari Indonesia Ssartomo Kartodidjo. Berkembangnya cara-cara pendekatan baru sejak 1950-1960an itu telah mendorong studi sejarah Indonesia, bukan saja ke arah sifat kritis analitisnya, tapi juga pegeseran tema baru dalam objek studinya. Perkembangan menarik terutama dalam sejarah lokal.
            Dari keseluruhan materi yang telah dibahas maka topik-topik kajian khusus yang di kembangkan jelas menjukan kajian khusus dari beberapa aspek kehidupan sosial masyarakat seperti :
1.      Stratifikasi sosial dan kepemimpinan lokal;
2.      Dinamika masyarakat pedesaan;
3.      Pendidikan sebagai faktor dinamisasi sosial;
4.      Komunikasi antar daerah, antara suku bangsa dan pembaruan;
5.      Sastra dan sejarah lokal untuk mendapatkan kejelasan ddari dimensi-dimensi yang diharapkan.




Ø  Sejarah Sosial dan Sejarah Lokal
Menurut Ong Hok Ham, sejarah lokal lebih menekankan perbandingan dengan ilmu sosial, hal ini lebih menekankan pada usaha dari sejarah sosial dengan apa yang disebut realitas sosial yang digambarkan sebagai ikatan-akatan hidup, komunitas-komunitas atau kelompok-kelompokmasyarakat yang ada, lembaga-lembaga, lingkungan, angka-angka lahir dan mati, harga-harga, faktor-faktor produksi, didistribusikannya produksi ini oleh oleh siapa dan pada siapa. Secara lebih sedarhana J.J Hecht merumuskan sejarah sosial sebagai studi tentng struktur dan proses tindakan serta tindakan timbal balik manusia sebagaimana telah terjadi dalam konteks sosial-kultural dalam masa lampau tang tercatat.
Penjelasan dari Taufik Abdullah, bahwa sejarah sosial sangat sesuai dengan kajian sejarah lokal. Karena berkaitan dengan jelsa batas waktu dan daerah sasaran penelitian maka makin baik sejarah sosial itu bisa dilaksanakan. Dengan kata lain, bahwa sejarah lokal memang memberi kesempatan untk mendekatkan sejarahwan dengan realitas ssosial yang menjadi perhatian utama studi sejarah sosial.
Ø  Sejarah Pedesaan dan Sejarah Lokal
Sartono Kartodirjo mengemukakan bahwa sejarah pedesaan ialah merupakan bagian dari sejarah sosial, karena masalah pedesaan hakekatnya satu aspek saja dari kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Kuntiwijoyo memberi batasan pengertian sejarah pedesaan sebagai sejarah yang secara khusus meeliti tentang desa atau pedesaan, masyarakat petani dan ekonomi pertanian.
Kuntowijoyo mengemukkan adanya 5 permasalahan masyarakat pedesaan yang perlu diperhatikan, yaitu:
1.      Masalah lingkungan ekologis desa serta segala unsur-unsur prasarana desa
2.      Yang menyakut satuan sosial seperti keluarga, kelas sosial, kelompok agama dan budaya, dan kelompok etnik
3.      Yang menjadi bidang kajian sejarah pedesaan adalah organisasi-organisasi sosial
4.      Hubungan sosial di lingkungan masyarakat desa yang menyangkut masalah stratifikasi, integrasi, konflik, mobilitas sosial, migarasi dan hubungan desa-kota
5.      Masalah psikis kultural yang menyangkut adaptasi kultural yang dilaksanakan oleh para penduduk desa yang diakibatkan oelh pengaruh dari luar, karena terjadinya perubahan-perubahan berhubung masuknya unsur-unsur modern ke pedesaan
Ø  Sejarah Kota dan Sejarah Lokal.
Disamping menyangkut sejarah aspek-aspek studi sejarah sosial, sejarah kota juga menyangkut sejarah politik, sejarah ekonomi, demografi ( Kuntowijoyo 1982 : 4). Faktor-faktor yang muncul suatu kota bisa dikembalikan pada kemungkinan-kemungkinan faktor sosial-kultural, faktor perdagangan, faktor jaringan komunokasi, faktor perkembangan pendidikan atau kombinasi dari berbagai faktor selain itu juga masalah urbanisasi. Sejarah kota mengarah pda studi tentang perkembangan kehidupan masyarakat yang ada di lingkungan suatu kota tertentu dengan berbagai aspek kehidupan masyarakat kota. Kecenderungan lingkup kajian sejarah kota yang mengarah pada pembatasan lingkup spatial temporal mentebabkan sejarah kota sangat berkaitan dengan sejarah lokal. Penyusunan sejarah suatu kota lebih bersifat sejarah konvensional baik dari segi isinya maupun cara pendekatan uraiannya yang bersifat deskriprif naratif.
Ø  Sejarah Ekonomi dan Sejarah Lokal.
Pada dasarnya sejarah ekonomi mempelajari masalah perkembangan ekonomi yang mencangkup pertumbuhan, kemandegan atau kemunduran kehidupan ekonomi suatu masyarakat. Dari sejarah ekonomi adalah dampak perkembangan ekonomi bagi tingkat kesejahteraan masyarakat, terutama yang berkaitan dengan distribusi pendapatan masyarakat. Sejarah ekonomi lebih khusus pada bidang hukum-hukum ekonomi yang khusus dan yang menjadi dasar kekhasan sejarah ekonomi bila dibandingkan dengan sejarah pada umumnya.


----------------------------------------------------------------------------------------------------
----------------------------------------------------------------------------------------------------


BAGIAN KEDUA
SEJARAH LOKAL DAN PENGAJARAN SEJARAH

Pengajaran sejarah dianggap memepunyai kelemahan-kelemahan seperti, sangat didominasi oleh pengajaran hafalan terlalu banyak menekank menulis dan bicara. Sejarah dianggap tidak relevan, sulit memisahkan antara fakta dan fiksi atau realitas dengan mitos, pengajaran sejarah kurang menekankan pengembangan konsep serta struktur peristiwa (Parington 1980:16-30).
Suatu unsur yang pendukung bagi uasaha pengembangan wawasan baru dalam pengajaran sejarah ialah dikembangkannya suplemen kurikulum yang dikenal dengn sebutn kurikulummuatan lokal. Kurikulum ini diartikan sebagai “ program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkunan alam, lingkungan sosial dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah dan wajib dipelajari oleh murid di daerah itu.



BAB VII
ILMU SEJARAH DAN PENGAJARAN SEJARAH

Bicara tentang sejarah yakni perkembangan peristiwa yang menyangkut kehidupan di masa lampau dengan berbagai aspeknya. Pengajaran sejarah ialah membawa serangkaian perkembangan peristiwa kehidupan manusia kedalam kelas untuk diinformasikan kepada siswa.
7.1. Sifat-sifat Studi Sejarah
Peristiwa-peristiwa yang mempunyai arti istimewa (significant), yakni ikut menentukan jalannya suatu peristiwa sejarah yang juga menjadi perhatian dari para sejarawan. Keterbatasan kemampuan kita dalam mengamati secara langsung peristiwa-peristiwa tersebut dapat kita ketahui masa lampau tersebut dengan bantuan jejak – jejak yang ditinggalkan yang biasa disebut sebagai sumber sejarah. Dengan demikian kenyataan tentang masa lampau inilah yang akan dibawa guru kedalam kelas untuk disampaikan kepada peserta didik. Burston membedakan antara cara memandang masa lampau secara praktis dan historis. Makna edukatif dari sejarah itu, yaitu usaha memproyeksikan masa lampau itu ke masa kini, sebab dalam kemasakinianlah masa lampau itu bisa menjadi masa lampau yang bermakna. Salah satu sifat studi sejarah ialah sifat unik,karena dari peristiwa sejarah hanya terjadi sekali dan tidak bisa diulangi lagi.
7.2. Mengapa Perlu Mengajarkan Sejarah?
Kita melupakan bahwa sejarah adalah modal dasar bagi terbinanya identitas nasional yang merupakan salah satu modal utama dalam membangun bangsa, masa kini maupun diwaktu yang akan datang. Pengertian pendidikan ada dua unsur pokok,yakni  proses sosialisasi dan enkulturasi. Ini berupa proses pewarisan dan penurunan nilai – nilai sosial kultural pada individu sebagai anggota-anggota atau kelompok. Dengan demikian maka itu bisa menjadi bekal kita di masa depan atau yang akan datang. Proses tersebut diharapkan akan mengembangkan manusia yang berkepribadian yang sadar akan kewajibannya untuk mengembangkan diri maupun bangsanya ataupun lingkungannya agar terbinanya hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Tuhan Yang Maha Esa. Semakin kita menyadari tentang pentingnya dari nilai sejarah, semakin kita memiliki kekuatan untuk menumbuhkan sifat, watak serta kemampuan yang diinginkan dari generasi baru.
7.3. Masalah Pembaharuan Pengajaran Sejarah.
Pembaharuan suatu pengajaran sejarah tentu bukanlah sekedar mengganti strategi serta metode mengajarnya. Pembaharuan bukan sekedar memberikan lebih banyak waktu, namun kelengkapan media pengajaran sejarah juga harus diamati. Yang perlu disadari pertama kali ialah bahwa sejarah berkaitan dengan pendidikan. Hendaknya benar-benar disadari dan ditekankan perbedaan antara pengertian menghayati atau menghargai nilai-nilai masa lalu dengan sasaran proses pendidikan yang jelas harus berorientasi ke masa yang akan datang. Usaha pembaharuan pengajaran sejarah hendaknya benar-benar bertolak dari usaha pencaharian alternatif bagi usaha menjadikan pelajaran sejarah mampu memberikan pada murid pegangan bagi penemuan pilihan-pilihan terbaik bagi dirinya, bangsanya di waktu yang akan datang. Pendekatan CBSA (cara belajar siswa aktif) dikembangkan dan akhirnya memiliki sifat merangsang,menantang,mengesankan sera menggairahkan murid.
Menurut conny semiawan,dkk. Pertama, yakni motivasi pembangkitan daya. Kedua, prinsip latar atau konteks yakni menggunakan pengetahuan atau pengalaman lingkungan dalam pelajaran barunya. Ketiga, prinsip keterarahan pada titik pusat dengan  merumuskan batasan-batasan masalah yang akan dipecahkan. Keempat, sosialisasi yang menekankan kerjasama antar rekannya dalam kegiatan penemuan. Kelima, prinsip belajar sambil menekankan aktivitas intelektual dan fisik terhadap penghargaan arti kerja. Keenam, prinsip perbedaan yakni guru memperhatikan perbedaan masing-masing anak. Ketujuh, prinsip menemukan yakni anak tidak hanya menerima informasi akan tetapi mereka didorong untuk mencari dan menemukan sendiri informasi serta konsep tersebut. Kedelapan, prinsip pemecahan masalah yakni kepekaan anak akan memecahkan masalah – masalah itu.
Usaha mencari alternative-alternatif dalam pembaharuan pengajaran sejarah. Prinsip dasar: (1) perlu menekankan sasaran proses belajar yang berorietasi ke arah tujuan masa depan dalam mempelajari masa lampau, (2) pendekatan keterampilan proses dalam kegiatan belajar mengajar sejarah, (3) mengembangkan suasana belajar dan lebih banyak melibatkan murid.
7.4 Pendekatan Baru dalam Pengajaran Sejarah
Usaha mengaktifkan murid melalui keterampilan proses, misalnya hendaknya tidak akhirnya mengarah pada kegiatan menjadikan proses itu semata- semata menjadi tujuan, karena bagaimanapun juga proses itu hanyalah alat atau suasana belajar menuju sasaran yang telah ditentukan dalam kurikulum. menurut partington aialah bahwa kita perlu terlebih dulu memegang dengan kokoh apa sasaran utama dari pembaharuan pengajaran sejarah itu. Atas dasar sasaran utama itu kemudian dicoba dikembangkan pendekatan dalam proses belajar mengajarnya yang akan menunjang pencapaian sasaran tadi. Dalam pasal 7.3 tadi juga sudah ditegaskan bahwa kelihatannya sasaran pengajaran sejarah yang perlu diluruskan ialah bahwa pengajaran sejarah itu hanyalah menuju pada penguasaan fakta-fakta sejarah belaka. Disamping itu kiranya perlu diluruskan pula adanya anggapan bahwa melalui pengajaran sejarah guru berusaha memacu orientasi murid pada peristiwa masa lampau. Pada hal yang perlu diusahakan oleh guru melalui pengajaran sejarah ialah agar siswa secara dinamis mengamati pengalaman masa lampau dari generasi terdahulu, menemukan konsep – konsep atau ide- ide dasar dalam peristiwa masa lampau yang akhirnya diharapkan bisa membekali dirinya dalam menilai perkembangan masa kini dan di waktu yang akan datang. Semuanya dilaksanakan dalam proses belajar mengajar yang lebih kondusif agar menjadikan mereka lebih aktif kreatif dalam menemukan ide – ide dasar dari peristiwa masa lampau itu.
Ian steele menjelaskan pendekatan baru dalam pengajaran sejarah yakni suatu kecenderungan baru dalam pengajaran sejarah, yaitu membawa siswa untuk melakukan kegiatan yang menyerupai gaya seorang sejarawan profesional yang ditekankan dalam kegiatan sejarah lokal sebagai suatu pendekatan khusus yang dimasukkan dalam kurikulum sekolah. Satu perspektif dalam pembaharuan pengajaran sejarah ialah pengembangan pengajaran sejarah dengan memanfaatkan studi sejarah lokal.







BAB VIII
SEJARAH LOKAL SEBAGAI SUATU PERPEKTIF DALAM PENGAJARAN SEJARAH

Pengkajian sejarah lokal di sekolah adalah berupa kegiatan dalamrang kapencapaian pengetahuan tetatang peristiwa sejarah yang dijadikan sasaran studi dalam pengetahuan sejarah dari suatu lokalitas tertentu. Sejarah pegajaran lokal, memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari pengajaran sejarah lokal adalah kemampuanya dalam membawa murid pada situasi riil di lingkunganya, selain itu lebih mudah membawa murid memproyeksi pengalaman masa lampau masyarakat dengan situasi masa kini, sejarah lokal juga sanga tmendukung pengembangan kurikulum muatan lokal di sekolah. Sedangkan kelemahan dari pengajaran sejarah lokal adalah menghadapkan murid maupun guru pada kenyataan yang berhubungan pada sumber sejarah, Selain itu kesulitan lainya adalah memadukan tuntutan pengajaran sejarah lokal dengan tuntutan penyelesaian target materi yang telah tertulis dalam kurikulum.
Menurut Douch mengaplikasikan sejarah lokal dalam 3 bentuk dalam pengajaran, yaitu yang dilakukan guru hanyalah untuk memberi ilustrasi yang lebih hidup dari uraian sejarah nasional dengan sejarah dunia yang sedang di ajarkan, selain itu pengajaran sejarah juga memberikan bentuk penjelajahan lingkungan. Pengorganisasian sejarah lokal di bagi menjadi 3 aspek, yang pertama adalah menyangkut persiapan kegiatan sejarah yang bersifat komplementer terhadap pelajaran sejarah di kelas. Sejarah lokal mengambil banyak waktu, peranan dan kreativitas guru dan murid sangat di tekankan. Sedangkan sejarah local dalam keluarga juga peting untuk dipelajari, fungsinya adalah sebagai suatu lembaga dalam masyarakat, pola interaksi dalam satu hubungan dalam satu keluarga. Berkaitan dengan aspek keluarga bagaimana mereka membentuk tempat tinggal mereka, baik dalam satu lingkungan RT, RW atau dalam satu dusun atau desa atau mungkin dalam satu kota kecil. Perkembangan atau perubahan yang di alami dalam suatu masyarakat itu bisa di amati antara lain melalui pranata sosial yang di miliki seperti keluarga dengan segala aspeknya, sistem pemerintahan system pendidikan, perkumpulan tradisional, serta lembaga kegotong royongan.


----------------------------------------------------------------------------------------------------


BAB IX
PENUTUP

Dalam pengajaran sejarah lokal yang di terapkan di sekolah, hambatan yang di miliki oleh murid adalah dalam menangkap konsep waktu. Sementara penelitian yang di lakukan juga masih sangat terbatas jumlahnya. Untuk itu sebagai seorang guru, tugas utama yang harus di lakukan adalah menemukan cara menyambungkan celah antara dunia anak dengan dunia orang dewasa yang telah di gambarkan dalamsejarah.



 

No comments:

Post a Comment

Related Post